Doa Seorang Sahabat

Sebuah kapal karam di tengah laut karena terjangan badai dan ombak hebat. Hanya dua orang lelaki yang bisa menyelamatkan diri dan berenang ke sebuah pulau kecil yang gersang. Dua orang itu bernama Jono dan Lono. dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun mereka berdua yakin bahwa tidak ada yang dapat dilakukan kecuali berdoa.

Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, Jono dan Lono sepakat untuk membagi pulau kecil itu menjadi dua wilayah. Dan mereka tinggal sendiri bersebrangan di sisi-sisi pulau tersebut.
…..

Doa pertama mereka panjatkan, memohon agar diturunkan makanan. Esok harinya, Jono melihat sebuah pohon penuh dengan buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal Lono tetap kosong.

Seminggu kemudian, Jono kesepian dan memutuskan untuk berdoa agar diberikan seorang istri. Keesokan harinya, ada kapal yang karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berenang dan terdampar di sisi tempat Jono tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal Lono tidak ada apa-apanya.
…..

Segera saja, si Jono ini berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban saja, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan Lono tetap saja tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya, Jono berdoa lebih giat untuk meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu.

Pagi harinya mereka menemukan sebuah kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja Jono dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan Lono yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya, memang Lono tidak pantas menerima berkah tersebut karena doa-doanya tak pernah terkabulkan.
…..

Begitu kapal siap berangkat, Jono mendengar suara dari langit menggema, “Jono, kenapa kamu meninggalkan temanmu Lono yang ada di sisi lain pulau ini?”

Jono menjawab dengan penuh keangkuhan, “Berkahku hanyalah milikku sendiri, karena hanya doakulah yang dikabulkan,”

“Doa Lono tak satupun dikabulkan. Maka, ia tak pantas mendapatkan apa-apa.” Tambah Jono.

“Kau salah!” suara itu membentak membahana. “Tahukah kau bahwa temanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan, semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.”

“Katakan padaku,” pinta Jono.
“Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus merasa berhutang atas semua ini padanya?”, tanya Jono.

“Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan!”

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *