Mengapa Kambing Bertanduk?
Di Desa Trunyan yang terletak di pinggir danau Batur, tinggal dua ekor hewan bersahabat kental. Kedua hewan itu memiliki ciri tubuh yang hampir sama. Sama tinggi, sama panjang dan sama-sama tampan. Bedanya cuma yang satu berjanggut, dan yang lain bertanduk. Hewan yang berjanggut itu bernama Kambing, dan temannya yang bertanduk bernama Anjing.
Bagi si Kambing, memiliki janggut cukup gagah. Tetapi lebih gagah lagi kalau memiliki janggut dan tanduk. Oleh karena itu, ketika ia mendapat undangan pesta, ia mendatangi Anjing.
“Anjing! Berilah aku pinjam tandukmu semalam saja! Aku akan menghadiri pesta ulang tahun si Menjangan. Kukira dengan menggunakan tanduk itu, aku kelihatan lebih tampan dan gagah,” kata si Kambing.
“Sebagai sahabat yang baik, tentu aku tidak keberatan. Tetapi kamu harus menepati janji. Besok tanduk itu harus kau kembalikan,” jawab si Anjing.
Si Kambing memasang kedua tanduk itu di kepalanya. Sungguh tampan dan gagah! Ia berkali-kali mematut diri di depan cermin.
Setelah pasangan tanduk itu sempurna dan kuat, barulah ia berangkat ke rumah Menjangan. Semua hewan terperangah. “Cocok benar kau bertanduk! Tanduk itu lebih cocok di kepalamu daripada di kepala Anjing,” demikian pujian hewan-hewan yang hadir.
Keesokan harinya, si Kambing bermaksud memenuhi janjinya. Ia akan mengembalikan tanduk itu kepada pemiliknya. Sekali lagi ia melihat dirinya di cermin. Sungguh tampan dia! Sungguh gagah dia! Melihat ketampanan dan kegagahan itu, timbul niat si Kambing untuk memiliki tanduk itu selama-lamanya. Ia pun batal mengembalikan tanduk yang indah itu.
Berjam-jam, berhari-hari, bahkan berbulan-bulan, si Anjing menunggu si Kambing. Belum juga hewan berjanggut itu mengembalikan tanduknya. Ia curiga, jangan-jangan si Kambing ingkar janji. Kambing telah menyalah-gunakan kepercayaan yang diberikannya. Kambing telah tunduk kepada kemauannya yang serakah, memiliki tanduk selama-lamanya.
Si Anjing marah. Ia mencari si Kambing di seluruh desa dan di pelosok hutan. Ia bertekad untuk menghukum kambing pembohong itu.
Di sebuah tikungan tiba-tiba kedua hewan itu berpapasan. Kambing tidak bisa berkelit.
“Kambing pembohong, serahkan tandukku sekarang juga!” seru Anjing marah.
Kambing yang merasa bersalah itu tidak menjawab. Ia berbalik arah lalu berlari sekencang-kencangnya. Si Anjing tidak mau kehilangan kesempatan. Ia mengejar kambing yang ingkar janji itu. Karena kehabisan akal, si Kambing lalu terjun ke danau Batur. Ia berenang terus menuju pantai seberang. Tetapi ternyata si Anjing lebih cekatan.
Ketika si Kambing menjejakkan kaki di pantai Desa Kedisan, si Anjing berhasil mencaplok ekornya sehingga ekor kambing itu putus. Namun kambing itu berhasil menyelamatkan diri. Ia segera bersembunyi di semak-semak yang lebat.
Itulah sebabnya sampai sekarang si Anjing tidak bertanduk. Walaupun kambing itu berekor pendek, tetapi ia masih kelihatan gagah karena tanduk anjing. Si Anjing pasrah saja, ia tidak lagi berusaha merebut miliknya. Apabila ia melihat Kambing, ia hanya bisa menggonggong, “Guk, guk, guk! Itu tandukku, itu tandukku!”
Leave a Reply