Nyawa yang Pertama
Suatu ketika, penduduk di sekitar Sungai Siene, Perancis, ingin membangun sebuah jembatan yang menghubungkan kedua kota yang ada di antara sungai tersebut.
Setelah berhasil mengumpulkan uang dan mendapat seorang arsitek yang hebat, jembatan itu pun segera dibangun. Karena terlalu sibuk, arsitek berikut pekerjanya lupa berdoa ketika akan memulai pekerjaannya. Akibatnya, pekerjaan mereka banyak mengalami gangguan. Misalnya, ketika kaki jembatan itu mulai dibangun, tiba-tiba roboh lalu hanyut ke dalam sungai. Kemudian, batu-batu besar yang dijadikan dasar jembatan itu banyak yang hilang. Demikian pula pasir dan semennya. Pembuatan jembatan itu akhirnya menjadi terhambat. Para pekerja telah membanting tulang berbulan-bulan lamanya. Namun tak nampak sedikit pun hasilnya. Begitu mereka mulai membangun, yang dibangun itu runtuh, dan bahan-bahannya hilang.
Tentu saja hal ini membuat sedih arsitek itu serta para pekerjanya. Demikian juga penduduk sekitar Sungai Siene, serta walikotanya. Semua sedih!
“Kalau keadaannya begini terus-menerus, aku tak sanggup membangun jembatan ini. Yang sanggup hanya setan!” Keluh si Arsitek sambil membanting peralatannya. Kemudian ia kembali ke rumahnya dengan langkah lesu.
Pada pagi harinya, datanglah Pak Walikota ke tempat jembatan yang akan dibangun itu. Dengan tekunnya ia mengontrol sekitar tempat itu, untujk mencari penyebabnya. Apa yang membuat bangunan jembatan itu runtuh dan runtuh lagi? Tiba-tiba ia dikejutkan oleh sapaan dari belakang.
“Selamat pago, Pak Walikota?”
“Siapakah engkau?”, tanya Pak Walikota sambil memandangi orang yang menyapanya itu. Tubuhnya tinggi, tegap, berkulit hitam legam.
“Saya setan!” jawab orang yang mengaku dirinya setan. “Saya akan menolong Bapak! Saya sanggup membangun jembatan itu”.
“Benarkah katamu?” tanya Walikota terheran-heran.
Si Setan mengangguk.
“Baik, kalau begitu. Kubayar dengan emas atau permata?” tanya Walikota.
“Tidak. Saya tidak memerlukan emas maupun permata. Saya dapat mengubah batu menjadi emas, percikan api menjadi permata”.
“Kalau begitu, apa yang kau inginkan dariku?” tanya Walikota.
“Saya inginkan nyawa makhluk pertama yang melalui jembatan itu,” sahut si Setan.
“Untuk apa nyawa itu?” tanya Pak Walikota terheran-heran.
“Itu urusan saya”, sahut si Setan ketus. “Yang penting saya sanggup menolong Bapak membangun jembatan itu. Karenanya, mari kita membuat perjanjian ini.”
Pak Walikota segera menyanggupi yang diminta setan itu. Setelah keduanya sepakat, si Setan mulai bekerja keras membangun jembatan di atas Sungai Siene.
Pada hari yang ketujuh, apa yang dijanjikan oleh si Setan menjadi kenyataan. Jembatan itu begitu megah. Rakyat berjelajah. Riwayat berjelajah iin menyaksikan keindahannya. Namun, ketika di antara mereka ada yang akan menyeberangi jembatan itu, Pak Walikota segera berteriak, “Jangan injakkan kaki kalian di atas jembatan itu. Bahaya! Biarkan aku lewat dulu”.
Mendengar teriakan Pak Walikota ini rakyat terheran-heran. Keheranan mereka akhirnya berubah menjadi rasa takut. Setelah diberitahu, bahwa makhluk pertama yang melalui jembatan itu akan menjadi korban, dimakan setan. Itulah sebabnya, ketika Pak Walikota melangkahkan kakinya dengan tegap menuju jembatan baru itu, seluruh rakyatnya memejamkan mata. Mereka tak mau menyaksikan, walikotanya disantap setan. Sebaliknya, setan nampak gembira. Sebentar lagi ia akan mendapatkan nyawa Pak Walikota.
“Memang ini yang kuharapkan”, teriak setan itu sambil menghadang Pak Walikota dengan mencengkeramkan kuku-kukunya yang runcing. “Makanan yang sungguh-sungguh lezat tiada tandingannya”, sambungnya sambil memandangi Pak Walikota tak berkedip, lidahnya menjulur penuh air liur. Namun Pak Walikota tak memperhatikan ulah setan itu sedikit pun. Ia tetap berjalan tegap menuju ke jembatan itu. Tepat di muka jembatan, Pak Walikota berhenti, lalu menggerakkan lengan jasnya berkali-kali. Semua yang menyaksikan berdebar-debar.
“Hei, Setan! Ini dia nyawa pertama yang kau nanti-nantikan!” teriak Pak Walikota dengan suara lantang. Bersamaan dengan itu, melompatlah seekor ular yang lansung berlari melintasi jembatan yang dibangun setan itu.
Setan kecewa dibuatnya. Ternyata nyawa makhluk yang pertama kali melalui jembatan itu hanya seekor ular, bukan manusia. Maka ia lalu berlari meninggalkan jembatan itu dengan rasa malu yang besar sekali. Walikota dan rakyatnya mengangkat bendera kemenangan tinggi-tinggi. Kemudian berdoa bersama-sama, mengucapkan syukur kepata Tuhan.Dp
Leave a Reply