Kenapa Muslim Wajib Memilih Gubernur Kafir
Pembahasan mengenai surat Al Maidah 51 akan banyak kita dengar ketika masa-masa pilpres/pilkada. Tafsiran dari surat tersebut melarang kaum muslim untuk memilih pemimpin non muslim atau kafir.
Pernah ada seorang muslim sebut saja Pio dikunjungi seseorang yang berpakaian agamis yang selanjutnya kita sebut Baim. Dengan alasan silaturahim orang tersebut meminta waktu sebentar. Terjadilah percakapan yang membahas Al Maidah 51.
Diawali dengan bertanya, “kemarin coblos siapa?”, Pio sudah berpikiran ini akan berujung black campaign. Maka Pio menjawab memilih AHOK. Kemudian Baim mulai menjelaskan perihal larangan memilih pemimpin kafir dengan surat tersebut. Apa yang selanjutnya terjadi diluar dugaan Baim.
Pio menjelaskan bahwa dia tidak menyangkal satu ayatpun dari Alquran. Kemudian Pio bertanya apakah Baim mengetahui alasannya memilih AHOK? Dalam pilkada kemarin, Pio sama sekali tidak memilih pemimpin kafir, melainkan memilih pembantu kafir. Pio berkata, justru saya bangga punya pembantu selain kafir juga termasuk cina. Kapan lagi lo punya pembantu orang cina, biasanya lo yang jadi pembantunya orang cina. Bahkan sangat menyarankan untuk memilih pembantu dari kalangan non muslim atau kafir, tujuaanny adalah agar orang tersebut bekerja dengan benar. Kenapa? Gubernur itu cuma pembantu, bukan jadi raja. Justru raja sebenarnya adalah warga. Gubernur sewaktu-waktu bisa diturunkan klo warga liat kerjanya ga benar. Lihat saja kemarin cuma gara-gara salah omong sedikit banyak warga yang protes, gimana kalo kerjanya salah-salahan atau ga benar. Warga yang kebanyakan muslim bisa dengan sangat senang meminta gubernur untuk segera turun karena warga adalah raja sebenarnya. Tidak bisa gubernur mecat warga.
Justru akan jadi repot kalau gubernur yang dipilih adalah seorang muslim, klo kerjanya salah atau bahkan korupsi kita sendiri yang ga enak. Contohnya udah ada gubernur-gubernur sebelumnya. Karena sesama muslim, “gak apalah, kan sesama muslim saudara. Allah aja maha memaafkan masa kita ga bisa memaafkan saudara sendiri”.
Tapi kan nanti kita jadi diatur sama non muslim, gimana tuh?
Ya ibaratnya kita punya rumah, suruh tukang untuk renovasi supaya jadi lebih bagus. Tapi selama proses renovasi kita malah gangguin tukang yang lagi kerja. Parkir kendaraan sembarangan, taruh barang sembarangan, makan deket tukang lagi kerja. Yang ada tuh tukang males renovasi rumah, mendingan ga usah kerja aja. Kan kalo ada apa-apa sama yang punya rumah ya tukang juga yang repot jadinya. Disalahin gara-gara yang punya rumah ketiban bata gara-gara makan deket tukang lagi kerja.
Itulah alasannya kenapa seharusnya pilih gubernur yang kafir saja. Biar klo kerjanya salah bisa kita marahin sepuasnya. Ga pake mikir sesama saudara lagi.
Leave a Reply