Kematian Muhammad

Banyak versi yang menceritakan seputar kematian Rasulullah ini. Versi pertama, yaitu yang diakui kebanyakan pakar Islam adalah ia mati akibat diracun oleh wanita Yahudi di Khaibar. Versi kedua adalah ia wafat akibat penyakit yang dideritanya. Berdasarkan gambaran keadaan tubuh sebelum kematiannya diperkirakan ia mengalami radang paru2, pengkritik lain menyebutkan penyakit itu adalah syphilis akut (penyakit kelamin). Versi ketiga, yang beredar dikalangan Muslim Syiah, diceritakan bahwa nabi meninggal karena diracun oleh istri2nya sendiri, yaitu Aisha dan Hafsa, yang tidak tahan terhadap kebejatan Muhammad. Kisah ini diceritakan pada buku Tafsirul Iyasy, karya Muhammad bin Mahmud bin Iyasy v1, p 200.

KARENA VERSI PERTAMA ADALAH VERSI YANG PALING DAPAT DITERIMA KAUM MUSLIM, OLEH KARENA ITU KITA HANYA AKAN MEMBAHAS VERSI PERTAMA INI.

Muhammad meninggal di tahun 632 M, pada umur 62 tahun. Kematiannya diakibatkan karena pengaruh racun yang dimakannya di Khaybar 3 tahun sebelumnya, jadi selama 3 tahun Muhammad berkutat dengan racunnya tersebut, berjuang mati2an agar dapat lepas dari pengaruh racun yang menggerogoti tubuhnya.

Khaybar adalah sebuah daerah yang ditempati oleh masyarakat Yahudi. Dua bulan sebelum penyerangannya di Khaybar, Muhammad bersama 1500 pengikutnya yang taat berangkat untuk melakukan Umrah (ibadah haji minor) di Mekah. Akan tetapi karena merasa takut para muslim melakukan kekacauan, pihak Mekah tidak memperkenankan Muhammad dan pengikutnya untuk masuk kota dan memaksa mereka berkemah di tempat yang bernama Hudaibiya tak jauh dari Mekah. Ketika di sana, akhirnya Muhammad membuat perjanjian bersama kaum Quraish untuk berdamai selama 10 tahun dan kaum Quraish akan mengijinkan Muhammad masuk Mekah mulai tahun berikutnya untuk melaksanakan ibadah Haji dengan para pengikutnya. Perjanjian ini kemudian disebut dengan perjanjian Hudaibiya.

Setelah menandatangani perjanjian ini, Muhammad dan pengikutnya meninggalkan Mekah. Para muslim rupanya tidak senang dengan perjanjian tersebut, mereka menilai perjanjian itu sangat menguntungkan pihak Quraish. Apalagi dengan perjanjian itu, kaum Jihadis menjadi kehilangan kesempatan untuk merampoki orang2 Mekah. Muhammad sadar bahwa dia harus terus menerus menghadiahi para Jihadisnya dengan barang2 rampokan, karena jika tidak meraka akan kehilangan iman terhadap dia. Saat itu terjadi kemarau hebat di Medina. Lalu di perjalanan pulang ke Medina itu, dia memutuskan untuk melakukan serangan mendadak terhadap kaum Yahudi. Karena semua kaum Yahudi di sekitar Medina telah dirampoki dan dimusnahkan, satu2nya yang tersisa hanyalah mereka yang tinggal di Khaybar.

Untuk meyakinkan dan menyenangkan pengikutnya atas perampokan ini, Muhammad menurunkan Sura al-Fath (Kemenangan, Sura 48). Di sura ini ALLAH MENJANJIKAN BARANG2 HASIL PERAMPOKAN BAGI PARA MUSLIM YANG BERGABUNG DALAM JIHAD.

Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan) mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus. (QS 48:20)

Sekitar 6 minggu kemudian Muhammad memimpin tentaranya dan menyerang masyarakat Yahudi Khaybar. Akhirnya masyarakat Khaybar menyerah, Muhammad memerintahkan para lelaki agar diikat tangan mereka, sementara para wanita dan anak2 disekap secara terpisah. Melihat ini, suku Al-Aus memohon agar nabi memperlakukan mereka dengan ringan. Muhammad mengusulkan agar Sa‘d bin Mu‘adh, diberi tugas untuk menentukan hukuman dan mereka setuju.

Sad bin Mu‘adh kemudian berkata; “Saya putuskan bahwa para laki2 mereka harus dibunuh dan anak2 serta kaum wanitanya harus diambil jadi tawanan”. Sahut Muhammad, “Hebat Sad! Engkau telah menjatuhkan putusan untuk mereka dengan putusan (menyerupai) keputusan Allah”. (Sahih Bukhari 52:280)

Ahhirnya Sekitar 600-800 lelaki Yahudi dipenggal disana. Segera setelah Khaybar ditaklukkan, seorang wanita Yahudi mempersiapkan makan malam untuk Muhammad dan kroninya. Tanpa diketahui para Muslim, wanita ini telah menaburi racun di daging domba yang disajikan untuk makan malam. Muhammad memakan sebagian daging itu dan mati karenanya tiga tahun kemudian.

MARI KITA LIHAT BEBERAPA KISAH YANG MENCERITAKAN HAL PERACUNAN MUHAMMAD INI:
Ibnu Sa’ad, “Kitab al-Tabaqat al-Kabir” v2. p.249: Rasul Allah dan sahabat2nya makan daging itu. Daging (kambing) itu berkata: “Aku diracuni.” Dia (Muhammad) berkata kepada para sahabatnya, “Tahan tanganmu! Karena daging ini telah mengatakan padaku bahwa dirinya diracuni!” Mereka lalu membuang daging2 itu dari tangannya, tapi Bishr Ibn al-Bara mati. Rasulullah meminta dia (wanita Yahudi) dihadapkan kepadanya dan dia bertanya padanya,”Apa yang membuatmu melakukan hal itu?” Dia menjawab, “Aku ingin tahu apakah kau benar2 seorang nabi, yang jika memang benar maka racun ini tidak akan mengganggumu, dan jika kau ternyata seorang nabi, maka aku akan dapat membebaskan masyarakat dari dirimu. Muhammad mengeluarkan peritah dan dia pun dihukum mati

Ibnu Sa’ad, p.251, 252: …. Rasulullah menyuruh memanggil Zaynab dan berkata padanya, “Apa yang membuatmu melakukan apa yang kau telah lakukan?” Dia menjawab, “Kau telah lakukan pada masyarakatku apa yang telah kau lakukan. Kau telah membunuh ayahku, pamanku, suamiku, aku berkata pada diriku sendiri, ‘Jika kau adalah seorang nabi, kaki depan itu akan memberitahumu, dan yang telah berkata, ‘Jika kau seorang raja, kami akan mengenyahkanmu.’” ..Rasul Allah hidup sampai tiga tahu setelah itu sampai racun itu menyebabkan rasa sakit sehingga ia wafat. Selama sakitnya dia biasa berkata, “Aku tidak pernah berhenti mengamati akibat dari daging (beracun) yang kumakan di Khaibar dan aku menderita beberapa kali (dari akibat racun itu) tapi sekarang kurasa tiba saatnya batang nadiku terputus.”

Sahih Bukhari 53:394; Dikisahkan oleh Abu Huraira: …, Dia bertanya,”Apakah kau telah meracuni sup domba ini?” Mereka menjawab,”Ya.” Dia bertanya,”Mengapa kau lakukan itu?” Mereka menjawab, “Kami ingin tahu jika kau ini pembohong dan kalau kau memang pembohong, kami akan menyingkirkanmu, dan jika kau memang adalah seorang nabi, maka racun itu tidak akan mempan pada dirimu.”

Tabari v 8, p.123, 124: Ketika Rasul Allah beristirahat dari pekerjaannya, Zaynab binti. al-Harith, istri dari Sallam bin. Mishkam, menyajikan baginya sebuah daging domba bakar. Dia telah bertanya sebelumnya bagian domba manakah yang paling disukai Rasul Allah dan diberitahu bagian kaki depannya. Lalu dia membubuhi bagian itu dengan racun, dan dia juga meracuni bagian lainnya. Setelah itu dia menghidangkan daging itu. Ketika daging itu disajikan di hadapan Rasul Allah, dia mengambil bagian kaki depannya dan mengunyah sebagian kecil, tapi tidak ditelannya. Di sebelah dia terdapat Bishr bin al-Bara bin Marur yang seperti Rasulullah juga mengambil bagian daging itu. Akan tetapi Bishr menelan daging itu ketika sang Rasul Allah memuntahkan daging dan berkata, “Tulang ini memberitahu diriku bahwa ia diracuni.” Dia bertanya, “Apa yang membuatmu melakukan ini?” Wanita itu menjawab, “Bagaimana kau telah memperlakukan masyarakatku sudah nyata di hadapanmu. Jadi aku berkata, “Jika dia memang benar2 nabi, maka dia akan diberitahu; tapi jika dia seorang raja, maka aku akan dapat menyingkirkannya.””. Sang Nabi mengampuninya. Bishr mati karena daging yang dimakannya.

KEADAAN MUHAMMAD MENJELANG KEMATIANNYA

Sahih Bukhari 59:713: …,Dikisahkan oleh Aisha: Sang Nabi dalam penderitaan sakitnya yang mengakibatkannya mati, biasa berkata, “Wahai ‘Aisha! Aku merasa sakit karena daging yang kumakan di Khaybar, dan saat ini, aku merasakan urat nadiku bagaikan dipotong oleh racun itu.”

Ibnu Sa’ad, p.263, Sesungguhnya selama dia sakit, sang Nabi melafalkan “al-Mu’awwadhatayn” (Sura 113, dan 114), dan meniupkan udara ke atas tubuhnya sambil menggosok-gosok wajahnya. (Ini adalah usaha untuk sembuh).

Ibnu Sa’ad, p.265; Rasulullah jatuh sakit dan dia yakni Jibril, berdoa baginya sambil berkata, “Dalam nama Allah aku berdoa untuk mengusir semua yang melukaimu dan menangkal semua yang dengki padamu dan dari semua mata yang jahat dan Allah akan menyembuhkanmu.”

Ibnu Sa’ad, p.322; Sesungguhnya, ketika Rasulullah merasa sakit, dia meminta kesembuhan dari Allah. Tapi atas sakitnya yang menyebabkan dirinya mati, dia tidak berdoa untuk minta kesembuhan; dia biasa berkata, “Wahai jiwa! Apa yang terjadi atas dirimu sehingga kau mencari berlindung di setiap tempat perlindungan?”

PERISTIWA KEMATIAN MUHAMMAD

Ibnu Sa’ad p.322: Ketika saat terakhir sang Nabi semakin menderita, dia biasa menarik selimut menutupi mukanya; tapi ketika dia merasa tak nyaman, dia menyingkirkannya dari wajahnya dan berkata, “Kutukan Allah bagi orang2 Yahudi dan Kristen yang membuat kuburan2 para nabi mereka sebagai tempat keramat.”

Ibnu Hisham, Sirah NA p.679: Lalu penyakit sang Nabi bertambah buruk dan dia menderita sakit hebat. Dia berkata, “Siramkan air tujuh kantung kulit dari sumur2 yang berbeda ke atas tubuhku sehingga aku bisa ke luar bertemu orang2ku dan memerintahkan mereka.” Kami membantunya duduk di sebuah baskom tempat mandi milik Hafsa d. Umar dan kami menyiramkan air ke atasnya sampai dia menjerit,”Cukup, cukup!” …Lalu beberapa istrinya mengelilinginya … ketika pamannya Abbas ada bersamanya, dan mereka setuju untuk memaksanya minum obat. Abbas berkata, “Biar kupaksa dia,” tapi merekalah yang kemudian melakukannya. Ketika dia sembuh dia bertanya siapa yang memperlakukan dirinya seperti itu. Ketika para istrinya berkata padanya itu adalah perbuatan pamannya, dia berkata, “Ini adalah obat2an yang dibeli para wanita dari negara sana,” dan dia menunjuk arah Abyssinia [Ethiopia]. Ketika dia bertanya pada para istrinya mengapa mereka melakukan hal itu, pamannya menjawab, “Kami khawatir kau akan menderita pleurisy” Muhammad menjawab, “Itu adalah penyakit yang tidak akan diberikan Allah padaku. Tidak ada seorang pun yang berkunjung ke rumah ini sampai mereka dipaksa makan obat ini, kecuali pamanku.” Maymuna [salah seorang istri Muhammad] dipaksa untuk makan obat itu meskipun dia sedang puasa karena sumpah sang Rasul sebagai hukuman atas apa yang mereka perbuat padanya.

Ibnu Sa’ad, p.680; Umm Bishr datang kepada sang Nabi waktu Nabi sedang menderita sakit dan berkata, “O Rasul Allah! Aku tidak pernah melihat demam seperti ini.” Sang Nabi berkata padanya, ”Jika cobaan kita dua kali lipat beratnya, maka anugrah kita di surga pun jadi dua kali lipat pula. Apa yang orang2 katakan tentang penyakitku?” Dia (Umm Bishr) berkata, ”Mereka bilang itu pleurisy.” Karena itu sang Rasul berkata, “Allah tidak akan membuat RasulNya menderita seperti itu (pleurisy) karena itu tanda kemasukan Setan, tapi (rasa sakitku adalah akibat) daging yang kumakan bersama-sama dengan anak lakimu. Racun itu telah memotong urat nadiku.”

Ibnu Hisham p.682; …. bahwa dia mendengar Aisha berkata: “Sang Rasul mati di pelukanku saat giliranku (malam jatahnya ia dan Muhammad). Aku tidak berbuat kesalahan apapun terhadap orang lain. Adalah karena ketidaktahuanku dan usia mudaku sehingga Rasul Allah mati di pelukanku.

DARI KISAH KEMATIANNYA INI KITA DAPAT MEMBUKTIKAN BAHWA MUHAMMAD BUKANLAH NABI UTUSAN TUHAN.

Tujuan wanita Yahudi meracun Muhammad adalah untuk membuktikan apakah Muhammad benar2 seorang nabi, ataukah hanya seorang pembohong. Allah rupanya terlambat memberi peringatan kepada Muhammad, sehingga ia terlanjur memakan sedikit dari racun tersebut. Ia merasakan ada hal yang aneh pada rasa daging yang ia makan, kemudian ia berkata bahwa daging itu berbicara padanya (???). Setelah itu ia berusaha mati2an untuk sembuh dari pengaruh racun tersebut, mencari pengobatan kesana kemari. Bahkan ia bersama Jibril berdoa untuk meminta kesembuhan dari Allah. Namun pada akhirnya Muhammad wafat karena kutukan yang ia ucapkan sendiri;

Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya, Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu. (QS 69:44-47)

Sungguh cara mati yang indah bagi seorang pria berumur 62 tahun, yang mengaku sebagai NABI TERAKHIR. Mati dipangkuan seorang Aisha, istri muda berusia 18 tahun. Dengarkan apa yang diucapkan Muhammad menjelang kematiannya;

Ya Allah! Ampunilah saya! Kasihanilah saya dan hubungkanlah saya dengan Teman Yang Maha Tinggi …(Sahih Bukhari 59:715)

SIAPAKAH TEMAN YANG MAHA TINGGI ? YANG PASTI BUKAN ALLAH ! BIARLAH IMAN ANDA YANG MENJAWABNYA !

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *